Sunday, June 21, 2009

apakah dalam Islam tidak dibenarkan menggunakan akal?

"Eee....maaf guru...." saorang murid Sang Guru mencelah.
"Ah.....tak apa. Ada apa?" Soal Sang Guru.
"Bolehkah saya menanyakan satu hal?"
"Ya, boleh saja. Tanyakanlah!" Ujar Sang Guru.
"Guru! Apakah dalam alQur'an atau hadits tidak ada yang menganjurkan menggunakan akal dan mencerdaskannyadalam agama atau dalam mencari Tuhan?" Ia menanyakan hal itu kerana dalam dailog tadi, ketika ditanya mengenai Tuhan apakah ada dan Esa, ia perhatikan , gurunya hanya berdalilkan alQur'an . Maka dari itu ketika dikejar, alQur'an pun, akhirnya, tak dapat dipertahankan sebagaimana anda ketahui tadi.
"Ada, bahkan banyak (Jawab Sang Guru). Misalnya ada yang mengatakan bahawa sebenarnya kalau engkau menggunakan akal maka akan mengerti kebenaran ada Nya. Allah aka tunjukkan bukti kebenaranNya pada kita melalui alam ciptaanNya dan dari diri kita sendiri. Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi dan seisinya adalah bukti bukti bagi orang yang berilmu. Bahkan dikatakan dalam satu ayat yang mengecam orang orang yang bodoh, seperti; Sesungguhnya kebanyakan mereka tidak menggunakan akalnya (bodoh).
"Guru! (tanya sang murid lagi). Lalu mengapa guru katakan bahawa dalam Islam tidak boleh menggunakan akal dalam agama, khususnya dalam mengenal Nya?"

Saturday, June 20, 2009

PERTEMUAN BERAKHIR......

"Sebab bagi saya kitab suci termasuk bererti suci dari campur tangan manusia yang hina ini. Kitab suci haruslah hanya disusun oleh Tuhan sendiri. Dan alQur'an sulit untuk dipercaya oleh kami sebagai firmanNya yang murni, seandainya Ia lalai mewahyukan kepada NabiNya untuk menyusun kitabNya itu. Lebih lebih firmanNya atau sunnah NabiNya tidak ada yang menyuruh untuk itu, sesuai dengan apa yang tadi anda katakan. Bagi saya kalau memang agama Islam itu benar, tidak adanya perintah dalam firmanNya dan sunnah digabung dengan mustahilnya Tuhan membiarkan berserakannya firmanNya didaun daun, dikulit kulit kayu, tulang tulang dan lain lain, menunjukan bahawa Ia telah menyusun semua firmanNyaitu dengan membimbing NabiNya. Tapi yah......sekarang belum dapat saya yakini kebenaran Islam ini sebelum janji untuk menyelesaikan diskusi ini dapat anda penuhi nantinya." Kata sipenanya panjang lebar.
Dengan perasaan malu tapi ia berusaha untuk tetap tenang Sang Guru terpaksa berjanji untuk kesekian kalinya pada Sipenanya, Ia berkata," Apa yang anda katakan tadi, semuanya ada benarnya. Saya kagum kepada kecemerlangan tuan.Semoga saya segera dapat membantu tuan dalam hal ini setelah saya memperdalam lagi. Dan sekali lagi maafkanlah saya dalam keterbatasan saya ini. Untuk hari ini, cukup sekadar disini saja. Untuk besok dan seterusnya, buat sementara tidak akan ada pertemuan sehingga saya kembali nanti. Dan sekali lagi saya minta maaf untuk ini serta terima kasih saya ucapkan untuk kedatangan anda dan perhatian anda selama ini."
Setelah bersalaman dengan penuh akrab, pertemuan pada hari itu yang mana adalah hari terakhir, berakhir. Sang Guru tinggal dengan beberapa muridnya untuk sholat Zhuhur. Setelah usai sholat, Sang Guru sejenak melamun dan memikirkan kejadian yang pertamakali dialaminya sebentar tadi, selama ia menyebarkan Islam. Ia sedih dan menyesal serta memuhun ribuan keampunan dari Tuhan diatas keterbatasan ilmunya. Ia mohon pertunjuk dari Allah agar Ia membimbingnya kejalan yang benar.
Setelah itu ia menghadap murid muridnya yang nampak semakin tegang melihat guru mereka tidak dapat menjawab beberapa pertanyaan Sipenanya tadi. Dengan suara lembut dan penuh kasih sayang Sang Guru berkata;
"Murid murid ku! Gurumu ini adalah ibarat setetes dari lautan luas pengetahuan Islam. Yakinkanlah bahawa kelemahan itu ada pada gurumu ini. Bukan pada Islam. Memang sekarang aku baru sadar bahawa apa yang dilakukan oleh sebagian muslimin, ia itu memperdalam ilmu logika dan filsafat, yang kami di pondok dulu menganggap hal itu telah mengotorkan agama kerana telah memasukkan unsur unsur akal kedalamnya, ternyata sangat bermanfaat untuk mempertahankan Islam. Bahkan tanpa akal, seperti yang terjadi tadi, kita tidak dapat mempertahankan kesuciannya. Terus terang, kami dulu waktu belajar dipondok, kami merasa bangga dan sangat bersyukur kepada Allah kerana Ia telah membimbing kami kepada Islam murni. Artinya, kerana kami hanya berpegang kepada alQur'an dan alHadits. Kami tidak menerima segala macam takwilan yang bersifat aqli terhadap keduanya. Kami mengira hanya dengan kembali kepada keduanya kita akan selamat dan tidak akan terpecah seperti yang diisyaratkan dalam hadits (iaitu menjadi 73 bagian."

Thursday, June 18, 2009

BOLEHKAH KITA MENYUSUN ALQUR'AN INI DENGAN SUSUNAN LAIN DARI YANG ADA INI?

"Tuan! Dari mana anda tau bahawa itu adalah tugas manusia? Sebab, jangankan perintah untuk itu, dalil untuk membolehkannya saja, dari agama, anda tadi tidak dapat menunjukkannya kepada saya.Lalu dari mana anda dapat memahami itu?" Sipenanya mendesak lagi.Dan Sang Guru tidak dapat memberi jawaban. Akhirnya Sipenanya meneruskan pertanyaan.
"Atau begini tuan!(Kata sipenanya lagi berusaha memberi andaian). Menyusun kitab tentu tidak mudah, sebab mana yang harus diletakkan didepan, dan dalam hal ini tidak ada petunjuk dari Tuhan tuan. Sekarang saya mau bertanya, bagaimana kalau surat surat itu tersusun tidak sesuai dengan apa yang Tuhan anda kehendaki. Dan saya yakin susunan manusia itu tidak akan sama dengan yan Ia kehendaki. Sebab, sebagaimana anda katakan tadi, dalam hal tersebut tidak ada petunjuk dari Nya."
"Saya sudah katakan tadi, bahawa tidak adanya petunjuk itu berti penyusunan itu terserah kepada kita. Dan hal itu bererti tidak merubah essensi alQur'an sebagai petunjuk bagi manusia." Jelas Sang Guru memperingatkan.
"Baiklah, (kata Sipenanya). Sekarang saya mau bertanya apa kah boleh seorang menulis alQur'an dalam bentuk lain dari alQur'an yang ada ini, tuan? Maksud saya, surat surat yang didepan ditukar tempatnya dengan surat surat yang ada ditengan atau dibelakang?"
"Ah.....itu tidak boleh dilakukan tuan!" Sang guru berkata dengan sedikit gusar.
"Kenapa?" Tanya si penanya ingin tau.
"Kerana akan menimbulkan ketidakseragaman diantara kaum muslimin." Jelas sang Guru.
"Apakah ketidak seragaman itu tidak baik tuan?" Sipenanya bertanya lagi.
"Yaa....kurang baik bahkan tidak baik sama sekali." kata Sang Guru.
"Laaa......(Sipenanya terkejut). Apakah Tuhan tuan tidak menyadari tentang hal ini tuan, sehingga Tuhan tuan tidak menyusunnya? Sehingga orang orang akan memahami, seperti yang anda katakan, bahawa tidak samanya susunan manusia dengan susunan Tuhan tidak merubah essensi alQur'an? Atau berangkat dari namanya saja, ia itu kitab suci, yang menandakan suci dari segala galanya, akan menjadi tidak suci lagi kalau ada campur tangan manusia."
"Kenapa begitu?" Sang Guru bertanya keheranan.

Tuesday, June 16, 2009

KENAPA TIDAK TUHAN SENDIRI YANG MENYUSUN ALQUR'AN?

"Sebenarnya saya tidak berhak mempermasaalahkan agama tuan. Samaada benar atau tidak. Akan tetapi semua yang saya lakukan ini adalah semata mata saya ingin tau kebenaran agama tuan. Jadi maaf, kalau dari pertanyaan saya ini terkesan kurang sopan terhadap agama tuan." Kembali Sipenanya menjelaskan maksud baiknya. Sebab ia bimbang Sang Guru didepannya akan mulai tidak sabar dan segera mengusirnya, seperti yang dialaminya beberapa tahun lalu.
"Oh.....tidak apa apa, itu biasa dan orang yang ingin tau Islam mestilah ia menanyakan secara terang terangan." Kata Sang Guru membesarkan hati sambil memberi gambaran bahawa Islam bukanlah agama yang dipaksakan. Ia adalah agama besar dan suci. Yah......tapi malang, Sang Guru tidak dapat membuktikan semua itu kepada Sang Penanya.
"Bolehkah saya melanjutkan pertanyaan saya sedikit lagi tuan?" Pinta Sipenanya.
"Ya, ya.... silakan."
"Begini tuan (Kata Sipenanya) bagi pengertian saya, seorang Nabi pun tidak berhak menyusun kitab suci semaunya sendiri. Kalau alQur'an itu memang benar dari Tuhan, maka siapa pun tidak boleh ikut campur dalam urusan itu. Lalu, mengapa anda katakan bahawa barangkali Nabi belum sempat?"
Terperanjat juga Sang Guru ini mendengar kata kata Sipenanya. Tapi ia belum faham apa bebenarnya maksud Sipenanya ini. Maka dengan sedikit hairan, kerana ia memang berusaha menutupnya, ia bertanya.
"Kenapa ia tidak boleh menyusunnya?"
"Laa.....tadi, diwaktu anda menjelaskan rukun Islam dan rukun Iman mengatakan bahawa Nabi itu adalah wakil Tuhan, bukan begitu?" Soal sipenanya.
"Ya, benar." Jawab Sang Guru pendek.
"Nah......kalau begitu, kerana dia wakil Tuhan, maka bolehkah ia mengatur dan menyusun sendiri firman firman Tuhan itu tuan? Bolehkah wakil Tuhan mengatur dan menyusub firman Tuhan?" Sipenanya terus mendesak.
"Katakanlah tidak boleh, tapi dalam penyusunan itu tak akan terpengaruhi isinya dan tujuannya alQur'an sebagai petunjuk bagi umat manusia, tuan." Sang Guru berusaha menjelaskan posisi alQur'an.
"Aneh.....aneh juga agama tuan ini (keluh Sipenanya). Kenapa Tuhan anda tidak melakukan penyusunan itu dan mengesahkannya pada manusia."
"Yah.......katakanlah itu sebagai tugas manusia." Sang Guru ingin lebih meyakinkan Sipenanya.

Sunday, June 14, 2009

SIAPA YANG MENYUSUN ALQUR'AN? SIAPA YANG MENYURUHNYA?


"Baik, terima kasih. Sebenarnya keganjilan itu ada diantara dua alternatif. Kesalahan anda dalam memantau sejarah alQur'an, atau memang, seperti yang saya ucapkan adalah suatu keganjilan yang dilakukan sahabat Nabi."
"Err....maaf.(Sela Sang Guru) Coba anda terangkan secara lebih jelas, apa maksud anda sebenarnya?"
"Begini tuan, anda mengatakan bahawa Islam berdasarkan alQur'an dan hadits Nabi. Bukankah begitu?"
"Ya, benar." Jawab Sang Guru.
"Akan tetapi (lanjut Sipenanya), ketika saya menanyakan kepada anda 'apa alQur'an itu', anda mengatakan bahawa Ia adalah kumpulan firman firman Tuhan yang diwahyukan kepada Nabi dan disusun oleh -atau disusun atas idea- Utsman bin Affan sebagai salah satu sahabat besar. Bukankah begitu?"
"Benar" Sang Guru membenarkan.
"Nah, sekarang saya mau bertanya. Apakah Nabi tidak menyusunnya?" Tanya Sipenanya.
"Tidak." Jawab Sang Guru. Dan ia tak mungkin menjawab bahawa Nabi telah menyusunya. Sebab, yang ia kenal alQur'an yang ada sekarang adalah mushhaf Utsmani, bukan Mushhaf Muhammadi.
"Nah kalau begitu, kalau Nabi tidak mengumpulkan, bererti salah satu dasar dari agama Islam, yakni hadits, tidak menyuruh untuk menyusunnya. Lalu kenapa sahabat besar beliau menyusunnya? Bukankah hal itu bertentangan dengan sunnah sendiri? Dan juga bertentangan dengan kehendak Tuhan? Sebab, ketika Nabi tidak menyusunya bererti tidak ada perintah dari Tuhan, sebab Nabi adalah duta Tuhan?"
"Oh.....tidak, tidak tuan, tidak demikian permasaalahannya" getus sang Guru.
"Kenapa?"
"Sebab hal itu baik dan tidak ada larangannya." Jawab Sang Guru. Pendek.
"Tapi, kan tak ada dalil bolehnya, Tuan?" Sipenanya mendesak.
"Walhasil baik dan tak ada larangannya." Jawab sang Guru. Memang Sang Guru ini akan menjawab ada, sebab dia teringat sebuah hadits yang menyuruh kaum Muslimin mengikut sunnah Nabi dan para Khulafa'ur Rasyidin. Akan tetapi terfikir olehnya sendiri bahawa hal itu tidak mungkin, sebab akan ada suatu selain alQur'an dan hadits, sebagai dasar Islam. Yang tentu akan dijadikan masaalah oleh Sipenanya ini, yaitu soal Khulafa'ur Rasyidin itu. Lebih lebih sekarang ia dipertemukan kepada dua perbuatan yang berbeda yang datang dari Nabi dan Khulafa'ur Rasyidin.
"Bukan begitu tuan, (kata Sipenanya) disini saya melihat suatu keanehan. Sebab bagi pengertian saya, yang namanya kitab suci, tidak mungkin tidak tersusun dan tetap berserakan diantara dedaunan, kulit kulit kayu atau tulang."
"Yah..... Barangkali Nabi belum sempat menyusunya." Sang Guru beralasan dengan sedikit ragu terhadap jawababnya itu.

Tuesday, June 9, 2009

ANTARA GOLONGAN YANG BERPERANG SALAH SATUNYA PASTI SESAT ATAU.......

"Alasan Pertama (kata Sipenanya):"
"Anda tadi menukilkanbeberapa ayat yang intinya menyatakan dan memberitahukan kepada Nabi bahawa disekeliling beliau ada orang orang munafik, iaitu orang orang yang melakukan apa yang mesti dilakukan oleh orang orang Muslim. Dan kerana Nabi dalam ayat itu, tidak mengetahui siapa mereka, apalagi orang orang Muslim yang lain. Dan dari ayat itu juga bisa diambil perhatian bahawa orang orang munafik itu begitu taat dan sholeh sehingga Nabi sendiri tidak dapat membaca mereka. Barangkali kerana kecanggihan mereka itulah ayat ayat yang anda nukil tadi memgatakan bahawa mereka sangat keterlaluan dalam kemunafikan mereka.
"Alasan kedua adalah: dalam kenyataan sejarah Islam yang menyedihkan, kata anda, adalah adanya beberapa peperangan yang terjadi dikalangan sahabat sahabat Nabi sepeninggalan beliau. Dan sudah tentu ratusan atau ribuan korban telah jatuh dalam kejadian kejadian itu. Menurut saya, saya rasa mustahil golongan yan g sama sama benar, berperang. Dan kalau logoka saya ini masuk, maka setiap dua golongan yang bertikai mestilah yang salah atau semuanya salah. Sebab, sesama golongan sesat bisa saja berperang. Dan peperangan itu kata anda , telah terjadi beberapa kali. Kalau demikian hal nya maka Islam ini telah di transfer oleh orang orang yang sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sebab, mereka bukan lagi pencuri, pembohong atau orang orang yang makan berdiri dan semacamnya, sehingga hadits mereka lemah dan tertolak. Akan tetapi mereka adalah pembunuh. Dan bahkan mereka adalah pembunuh yang membanggakan diri. Sebab dalam peperangan apapun, membunuh adalah salah satu kenengan yang membanggakan. Kalau yang membawa Islam pertamakali sedemikian keadaannya maka seshoheh apapun perawi berikutnya masih sulit untuk doterima kebenarannya. Apalagi sudah saya katakan bahawa perawi perawi berikutnya pun tidak dapat dikatakan sholeh dengan sebenarnya-seratus persen- sebab sebagaimana maklum, kata agama anda yang tahu masaalah lahir dan bathin adalah hanya Tuhan.
"Dengan dua dalil ini saja, kalau agama anda dan kitab anda benar, maka barangkali ada suatu pemahaman lain tentang ayat yang anda nukilkan tadi, iaitu yang mengatakan bahawa mereka atau para sahabat itu telah diredhai Tuhan."
Tersudut lagi! Wah...Sang Guru kepepet lagi, dan tidak dapat berkata apa apa. Kerana ia terdiam, maka Sipenanya menerukan kata katanya.
"Tuan! Ada satu lagi, tapi sebelum saya utarakan apakah tuan tidak marah kalau saya, dari kata kata anda, menajukan suatu keganjilan yang dilakukan sahabat besar seperti yang anda ucapkan?" Sejenak Sipenanya menunggu jawapan Sang Guru yang walaupun agak terlambat, akhirnya ia persilakan.
"Silakan saja, tuan" kata Sang Guru yang sedikit tersendat. Sipenanya tak peduli lagi, ia terus saja mempersoalkan permasalahan permasaalahnya.

Monday, June 8, 2009

APAKAH TIDAK MUNGKIN SAHABAT ADA YANG........

Memang, kerana pertanyaan Sipenanya yang kelihatan kurang sopan terhadap Islam dan tokoh tokoh Islam, walaupun sebenarnya pertanyaan pertanyaan itu mengandung kejujuran seorang pencari kebenaran hakiki, pada suatu hari ia pernah dimarahi seorang guru lain yang memang sudah mulai bosan dengan pertanyaan pertanya itu.
Dari gelagatnya, jawabanterakhir Sang Guru ini, bagi Sipenanya adalah merupakan jawapan 'asal jawab' saja, tanpa difikir lebih dulu. Ia dapat memperkirakan bahawa pertanyaannya yang berikut akan membuat Sang Guru ini tidak dapat menjawab lagi. "Namun,(bisik Sipenanya dalam hati) biar ia nanti cari jawabannya dan kemudian ia memberikan jawabannya kepada saya. Asal ia bersedia untuk itu, dan saya akan kendapat kepuasan dalam memahami agama Islam." Kerana begitu fikir Sipenanya, ia memohon supaya ia dapat menanyakan beberapa pertanyaan lagi.
Sipenanya melanjutkan kata:
"Tuan, Bolehkan saya meneruskan pertanyaan saya dalam diskusi ini tuan?"
"Yaa......Boleh saja, tuan. Apa itu? Silakan." Jawab Sang Guru.
"Begini tuan, Tuan tadi mengatakan bahawa sahabat sahabat Nabi dan yang mengikuti mereka itu telah mendapat redha Allah sesuai dengan ayat yang tuan bawakan tadi. Akan tetapi disini ada keganjilannya, Tuan."
"Apa keganjilannya,Tuan?" Sang Guru mulai penasaran lagi. Sebab permasaalahan itu adalah satu satunya permasaalahan yang ia yakini dapat mempertahankannya. Tapi ternyata, lagi lagi masih saja dipersoalkan kebenarannya. Maka, dia benar benar memperhatikan apa apa yang dijadikan alasan Sipenanya ketika ia berkata:
"Err....sebelum saya ajukan alasan alasan, ada yang ingin saya sampaikan. Yaitu seandainya saya seorang Muslim maka selayaknyalah saya berterima kasih kepada generasi Islam yang pertama. Yaitu yang dikatakan sahabat sahabat Nabi itu. Tapi kerana saya belum mengimani agama Islam, saya berhak bertanya mengenai mutu mereka. Bahkan saya rasa saya wajib mempertanyakannya. asebab Islam yang ada ini tidak boleh tidak akan di corakkan oleh mutu mereka. Sebab dari merekalah generasi penerus memahami Islam. Maka dari itu kecerdasan, kejujuran, dan lain lain dari setiap individu mereka sangat menentukan kemurnian Islam dimasa datang setelah mereka. Barangkali hal mereka telah berlalum tapi justru kerana keberlaluan mereka itulah mereka harus dinilai kerana sebab sebab tadi. Dan bagi saya amatlah janggal untuk menyamaratakan kedudukan mereka. Sebab sebelum ini belum ada suatu umat yang tidak ada pencurinya, orang orang jahatnya, atau orang orang bodohnya sekalipun baik. Bahkan biasanya yang paling banyak adalah orang orang yang bukan intelek. Dan justru dari tuan dan kitab tuan sendiri saya dapat mengatakan bahawa sahabat sahabat Nabi tuan tidak berbeda dengan umat umat yang lain dari segi adanya orang orang yang tidak baik dalam lingkungan nya."
"Apa yang anda ketahui dari saya dan kitab saya?" Potong Sang Guru yang kelihatan semakin tidak sabar. Sambil mencari cari gerangan apa yang telah dia katakan sebagaimana di singgung Sipenanya tadi.

HARI KEPUTRAAN YG DI PERTUAN AGUNG.....

1849 PENERIMA DARJAH KEBESARAN!!!!!
NEGERI CIPUT.....

Sunday, June 7, 2009

SAHABAT BERJASA, MAKA JANGAN PERSOALKAN KEADAAN MEREKA.....!

Orang orang yang mengikuti perbahasan mereka terperangah. Sang guru yang selama ini mereka kenal cukup mahir dan cekatan dalam menjawab berbagai pertanyaan dan persoalan yang menyangkut Islam, kini tersimpuh lemah dihadapan saorang kafir. Sipenanya tak boleh depersalahkan, walaupun dia yang hanya berbekal sedikit filsafat mempertanyakan hal hal yang sangat mendasar dalam Islam. Dia tidak bertanya 'Apa?' dan 'Bagaimana?' keadilan, sosial, kemanusiaan, peranan lelaki dan wanita dalam masyarakat dan sebagainya menurut Islam. Bahkan dengan apa Islam memandang semua itu yang biasanya bagi seorang Islam yang segolongan dengan sang guru kita ini, pertanyaan seperti itu adalah pertanyaan yang tabu untuk mereka tanyakan.
"Namun,(lanjut sang guru) mengenai sahabat Nabi yang mana mereka dalam kaitannya dengan hadits hadits Islam merupakan mata rantai pertama dala susunan perawi perawi hadits, adalah merupakan suatu kaum yang telah mendapat keredhan Allah. Hal mana terdapat dalam firmanNya dalam Surat at-Taubah ayat 100, yang bererti:
"Mereka para pendahulu dari kaum Muhajirin dan Ansar, dan yang
mengikut mereka dengan sebaik baiknya maka mereka di redhai
Allah dan mereka juga redha terhadap Nya."
Jadi, dengan ayat ini kedudukan mereka didalam Islam adalah sangat terhormat. Dengan jasa mereka pulalah Islam sampai kepada kita, maka umat Islam harus berterima kasih terhadap mereka, bukan malah mempertanyakan keadaan mereka."
Setelah selesai Sang Guru menyampaikan rasa penyesalan dan maafnya, yang mana sangat dikagumi oleh Si penanya atas keterbukaan dan kejujurannya itu, walaupun disisi lain Sipenanya belum puas kerana ternyata yang selama ini ia ingin mengetahui agama Islam, tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Sebab, Sipenanya sendiri mengira bahawa Islam sangat dapat diandalkan. Hal itu ia ketahui kerana beberapa filasof besar dari kalangan kaum Muslimin. Tapi Sipenanya ini tidak menyadari bahawa Sang Guru ini adalah dari golongan orang orang yang melarang pengunaan akal dalam agama. Alias satu golongan yang kembali kepada pada alQur'an dan hadits secara leterlek. Artinya tidak membolehkan akal untuk menakwil sesuatu ayat atau hadits. Bahkan orang yang suka menakwil dikatakan, oleh mereka, sebagai orang yang sakit. Kerana, katanya, mereka mengikut yang mutasyabihat.
"Terimakasih atas janji dan kesedian tuan dalam menjanjikan jawaban untuk saya. Sekali lagi terima kasih." kata sang Penanya. "Dan saya secara peribadi kagum terhadap kejujuran dan keterbukaan serta penghormatan tuan pada norma norma ilmiah, dan tidak menjadi marah kepada saya sebagaimana pernah saya alami sebelumnya."

Friday, June 5, 2009

BAGAIMANA MAU MENILAI SANG PERAWI?

Tanpa dia sadari, dia yang dahulunya yakin berjalan diatas alQur'an, sekarang merasa ragu. Pertanyaan sang penanya itu benar benar telah menyadarkannya bahawa siapa tahu, barangkali selama ini dia berjalan diatas Qur'an yang bukan Qur'an. Artinya, ia berjalan diatas Qur'an yang relatif, iaitu alQur'an yang ia dan madzhabnya atau golongannya fahami. Sebab, menurut katahatinya, tidak mungkin Qur'an dengan Qur'an menyesatkan. Apalagi saling menyuruh pengikutnya untuk berbunuh bunuhan. Padahal kenyataannya sesama kaum muslimin saling menyesatkan. Bahkan muslimin gelombang pertama, iaitu sahabat Nabi, saling bertumpah darah dalam beberapa peperangan sepeningalan Nabi.
Tak kalah terperanjatnya hati sang guru ketika sang penanya mempermasaalahkan keabsahan pemilihan kesholehan atau kejujuran dari seseorang yang menjadi perawi suatu hadits. Untung ia mempunyai banyak pengetahuan tentang hadits, sehingga ia dapat menerima yang dikatakannya itu. Sebab, kalau todak, barangkali ia akan mengusir sang penanya itu dari rumahnya . Tapi kerana ia tahu bahawa yang dikatakan sipenanya itu memang masuk akal dan merupakan salah satu kelemahan ilmu hadits, maka ia tidak melakukan pekerjaan yang hina itu. Dan di samping itu ia, sesuai dengan ilmunya yang luas tentang hadits, memang mengetahui bahawa dalam menilai perawai hadits terdapat berpuluh puluh perbedaan. Seorang penilai hadits yang bermadzhab tertentu akan melemahkan seorang perawi hadits yang bermadzhab lain. Apalagi penilaian terhadap seorang perawi hadits tidak mungkin sempurna. Sebab, umur saorang penulis hadits atau umur penilai perawi hadits tidak akan cukup untuk digunakan meneliti seorang saja dari sekian perawi dari sebuah hadits. Apalagi untuk meneliti semua perawi hadits yang berjumlah ribuan atau bahkan puluhan ribu.
Ia sadar. Sekali lagi ia sadar dan baru sadar. Selama ini, selama ia belajar hadits, selama ia meneliti dengan seksama perawi perawi suatu hadits memang ia mengenal suatu kaum perawi yang kebal terhadap penelitian. Bahkan tidak boleh diteliti. Semua perawi hadits diteliti dengan saksama. Tapi kalau sudah sampai kekaum itu, kaum yang menukil langsung dari Rasulullah, mikroskop yang digunakan para ahli perawi hadits menjadi pecah berantakan, tak keruan. Sebab, teropong itu tak mampu meneropong kaum yang penuh fadhilah itu. Dan kini, ketika ia berhadapan dengan orang yang masih suci fikiran dari aliran aliran Islam, kerana ia memang masih kafir, ia tidak dapat berbuat apa apa. Namun ia agak lega hati kerana ia ingat suatu ayat dalam surah at Taubah ayat 100. Oleh sebab itu, sambil menarik nafas sedikit lega ia berharap akan mampu menyelamatkan salah satu khazanah Islam. Yaitu mengenai sahabat. Sebab, rasa rasanya ia tidak mampu menjawab tuduhan sipenanya yang merelatifkan Islam yang difahami umat. Bukan Islam sebagaimana ia. Maka dengan lembut tapi dengan penuh tanggung jawab ia berkata:
"Tuan! Saya merasa kagum terhadap pertanyaan pertanyaan tuan. Dan saya sadar akan keterbatasan atau, barangkali tepatnya, atas kesalahan saya dalam memilih alur pemikiran Islam dari alur alur yang ada. Memang Nabi telah mengisyaratkan akan adanya jalur jalur yang banyak, sedang yang benar hanya satu. Saya berjanji akan memperdalam lagi dan akan kembali kesini untuk mempertanggung jawabkan pekerjaan saya ini suatu hari, InsyaAllah. Dan untuk ini, saya minta maaf yang sebesar besarnya."

SIAPA DAN BAGAI MANA MEMANTAU PENULIS PENULIS HADITS?

"Sebab pertama." ujar sang penanya,"adalah, menurut saya dalam memahami kitab suci tuan tidak berbeda seperti memahami buku buku atau kitab kitab suci agama lain. Yang saya maksudkan dalam pengertian kerelatifan dalam memahaminya. Jadi, boleh saja satu hadits bertentangan dengan alQur'an menurut sebagian orang, dan tidak bertentangan dengan sebagian yang lain.
"Sebab kedua adalah, pemantauan terhadap bathin melalui amal lahir sangat tidak memadai. Sebab, tidak mungkin dalam pemantauan itundapat dilakukan sepanjang hidup mereka dan dalam segala keadaan mereka sebelum kemudian hadits mereka dituliskan. Jadi, bisa saja mereka itu baik dipasar tapi tidak baik dirumah. Atau kelmarin baik tapi esok, minggu depan, bulan depan, tahun depan dan seterusnya, atau tahun tahun sebelumnya, mungkin tergolong orang orang yang tidak baik? Atau pemantau (penulis) hadits itu sendiri bagaimana?
Apakak mereka baik, jujur,dalam pekerjaan mereka? Siapa yang menjamin mereka? Dan siapa yang menjamin orang yang menjamin mereka itu dan seterusnya dan seterusnya?
"Sebab ketiga adalah, anda mengatakan bahawa memantau bathin merlalui amal amal lahir ibarat memantau matahari melalui sinarnya. Padahal anda juga mengatakan bahawa munafik itu ada dan barangkali mereka melakukan itu untuk merusakkan Islam dari dalam. Laaa....kalau begitu sudah tentu para munafik itu selalu beramal baik untuk menutupi niat buruknya. Sebab tak akan ada orang yang mengaku pencuri ketika ia ingin mencuri.
"Sebab keempat adalah, anda tadi pernah menyebutkan istilah sahabat besar. Bagaimana kalau ada hadits yang menyebutkan bahawa sebagian sahabat sahabat besar atau sekian ribu sahabat, umpamanya, munafik? Apakah hadits itu dapat anda katakan bertentangan dengan alQur'an? Sebab anda katakan tadi bahawa sebagian orang orang desa dan yang ada sekeliling Nabi terdapat orang munafik, yang tidak diketahui oleh Nabi sekalipun.
"Sebab kelima adalah, anda mengatakan bahawa hadits yang diriwayatkan oleh orang yang tak baik atau sholeh, misalnya orang yang tidak sholat atau suka berdusta, tidak akan diterima. Nah, kalau begitu halnya maka anda tidak akan menerima dari orang orang yang suka membunuh bukan? Padahal anda sendiri pernah mengatakan kepada saya pada suatu hari bahawa setelah Nabi wafat telah terjadi peristiwa yang sangat menyedihkan. Yaitu adanya beberapa peperangan antara puluhan ribu sahabat dengan puluhan ribu yang lainnya. Sedang perawi utama sebuah hadits adalah mereka. Bagai mana anda dapat mempertahankan konsep anda?"
Sang guru sama sekali tidak menduga dengan apa yang akan diucapkan oleh sang penanya ini. Ia salah tingkah, ia emosi dan tersinggung dengan kata kata sang penanya yang lepas bebas mempersoalkan dasar dasar nilai Islam yang tersebar. Dan yang membuat sang guru itu seakan ingin menampar orang yang didepanya itu adalah ketidaksukaan sipenanya terhadap semua sahabat sahabat Nabi yang diyakininya sebagai penolong penolong Islam, mujahid dan mendapat keredhan dari Allah. Tapi di lain pehak dia sadar bahawa ia tidak dapat melakukan apa apa selain harus berkonsentrasi terhadap pertanyaan sipenanya itu. Sebab, selain dia akan malu sekali kalau mempertahankan Islam dengan kekerasan dan paksaan juga dengan kebodohan. Dia melihat kejujuran dalam dirisipenanya yang menurutnya ia benar benar ingin tau agama Islam.
Yah....bagaimana mau menanggapinya?

Monday, June 1, 2009

BAGAIMANA YA....KALAU SAJA HADITS ITU DATANG DARI SIMUNAFIK ??

"Hal itu ada beberapa alasan. Pertama: Dalam mempercayai seseorang, setiap satu orang diantara kita akan timbul perbedaan. Bisa saja sekelompok orang percaya terhadap sesorang, tapi kelompok yang lain mendustakannya. Dan saya fikir, itu wajar. Artinya, bukan suatu keanehan kalau dalam mempercayai seseorang ada perbedaan.
Kedua: Kesholehan seseorang, tidak dapat diketahui oleh orang lain. Kerana, seperti yang tuan jelaskan, malah hati tidak dapat kita pantau. Jadi bisa saja seseorang dianggap sholeh bagi sebagian orang, dan tidak bagi sebagian yang lain. Yah.....masih relatif juga.
Ketiga:Anda mengatakan bahawa orang orang munafik ada. Sebagian mereka memang diketahui sehingga bisa kita pantau melalui penulisan sejarah. Aka tetapi sesuai dengan yang anda terjemahkan kepada saya tadi, dalam alQur'an mengisyaratkan adanya orang orang munafik yang tinggal didesa desa dan juga dikota serta di sekitar Nabi, yang tidak diketahui oleh Nabi sekalipun. Lalu bagaimana kalau hadits hadits itu datang dari mereka?"
Kasihan.......sang guru kita mulai bingung lagi. Tapi, kerana ia yakin bahawa Islam harus dibela, maka ia berusaha menjawabnya, walau sebenarnya ia tidak sedar bahawa Islam tidak perlu kepada pembelaan. Ia hanya mau dibela dengan pembelaan yang Islamis pula. Tidak dengan Islam yang tidak Islamis.
"Yah...... memang demikian," kata sang guru tidak dapat menolak kata kata sipenanya tadi. Kerana ia sadar perbedaan pendapat dalam banyak hal dalam Islam terjadi. Bahkan sampai kepada saling syirik mensyirikkan atau sesat menyesatkan. "Akan tetapi," sambungnya," asal tidak bertentangan dengan alQur'an, kita dapat mengambilnya. Lagi pula walaupun penentu utama kesholehan adalah bathin, akan tetapi hal itu dapat dipantau melalui amal amal lahirnya. Dan amal amal lahir itu ibarat matahari. Artinya, kerana sinar matahari itu menunjukkan adanya matahari itu sendiri, maka amal amal sholeh itu dapat menunjukkan keimanan seseorang."
Kini sang penanya ingin membuktikan kenaran Islam yang di bawa sang guru ini. Maka ia terus mendesak sang guru ini dengan ujarnya;
"Apa yang tuan sampaikan tidak dapat mengangkat kerelitifan dalam agama Islam yang difahami oleh umatnya. Dan tidak menutup kemungkinan akan adanya penyelewengan penyelewengan."
"Kenapa pula begitu?" Sergah sang guru yang telah mula tidak sabar. Dan segera ingin mengetahui alasan yang kelihatan sengaja di lambat lambatkan oleh sipenanya ini.
Ya....apa pula alasannya??