Sunday, June 7, 2009

SAHABAT BERJASA, MAKA JANGAN PERSOALKAN KEADAAN MEREKA.....!

Orang orang yang mengikuti perbahasan mereka terperangah. Sang guru yang selama ini mereka kenal cukup mahir dan cekatan dalam menjawab berbagai pertanyaan dan persoalan yang menyangkut Islam, kini tersimpuh lemah dihadapan saorang kafir. Sipenanya tak boleh depersalahkan, walaupun dia yang hanya berbekal sedikit filsafat mempertanyakan hal hal yang sangat mendasar dalam Islam. Dia tidak bertanya 'Apa?' dan 'Bagaimana?' keadilan, sosial, kemanusiaan, peranan lelaki dan wanita dalam masyarakat dan sebagainya menurut Islam. Bahkan dengan apa Islam memandang semua itu yang biasanya bagi seorang Islam yang segolongan dengan sang guru kita ini, pertanyaan seperti itu adalah pertanyaan yang tabu untuk mereka tanyakan.
"Namun,(lanjut sang guru) mengenai sahabat Nabi yang mana mereka dalam kaitannya dengan hadits hadits Islam merupakan mata rantai pertama dala susunan perawi perawi hadits, adalah merupakan suatu kaum yang telah mendapat keredhan Allah. Hal mana terdapat dalam firmanNya dalam Surat at-Taubah ayat 100, yang bererti:
"Mereka para pendahulu dari kaum Muhajirin dan Ansar, dan yang
mengikut mereka dengan sebaik baiknya maka mereka di redhai
Allah dan mereka juga redha terhadap Nya."
Jadi, dengan ayat ini kedudukan mereka didalam Islam adalah sangat terhormat. Dengan jasa mereka pulalah Islam sampai kepada kita, maka umat Islam harus berterima kasih terhadap mereka, bukan malah mempertanyakan keadaan mereka."
Setelah selesai Sang Guru menyampaikan rasa penyesalan dan maafnya, yang mana sangat dikagumi oleh Si penanya atas keterbukaan dan kejujurannya itu, walaupun disisi lain Sipenanya belum puas kerana ternyata yang selama ini ia ingin mengetahui agama Islam, tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Sebab, Sipenanya sendiri mengira bahawa Islam sangat dapat diandalkan. Hal itu ia ketahui kerana beberapa filasof besar dari kalangan kaum Muslimin. Tapi Sipenanya ini tidak menyadari bahawa Sang Guru ini adalah dari golongan orang orang yang melarang pengunaan akal dalam agama. Alias satu golongan yang kembali kepada pada alQur'an dan hadits secara leterlek. Artinya tidak membolehkan akal untuk menakwil sesuatu ayat atau hadits. Bahkan orang yang suka menakwil dikatakan, oleh mereka, sebagai orang yang sakit. Kerana, katanya, mereka mengikut yang mutasyabihat.
"Terimakasih atas janji dan kesedian tuan dalam menjanjikan jawaban untuk saya. Sekali lagi terima kasih." kata sang Penanya. "Dan saya secara peribadi kagum terhadap kejujuran dan keterbukaan serta penghormatan tuan pada norma norma ilmiah, dan tidak menjadi marah kepada saya sebagaimana pernah saya alami sebelumnya."

No comments: