Saturday, May 30, 2009

SIAPA PENGUMPUL HADITS, TUAN?

"Baiklah tuan" ujar sang penanya,"Bolehkah saya menanyakan hala hal yang lain? Dan saya minta maaf telah mendesak anda. Tapi hal itu saya lakukan kerana saya ingin mengetahui sejauh mana kebenaran Islam. Dan kalau memang terbukti benar tentu saja saya berniat untuk menganutinya."
"Ya.....tidak apa apa tuan. Memang sudah semestinya anda menanyakan sebelum anda menganutnya. Saya kagum kepada ketelitian dan ketulusan tuan. Bahkan sekali lagi saya minta maaf kepada anda, kerana saya tidak dapat banyak menolong anda. Dan mengenai pertanyaan andfa, saya fikir saja, semoga saya dapat membantu anda."
"Terimakasih tuan. Pertanyaan saya menyangkut dasar Islam yang lain. Ia itu hadits, sebagaimana anda terangkan tadi."
"Oh.....Silakan, tuan."
"Baiklah, terima kasih. Pertanyaan saya adalah siapa pengumpul kata kata atau perbuatan Nabi itu, tuan? Apakah juga Utsman?" soal sipaenanya tadi.
"Oh tidak. Pengumpulnya banyak. Misalnya Bukhari, Muslim, Tirmizi, Abu Daud, Nasa'i dan lain lain."
"Apakah mereka itu juga sahabat sahabat besar Nabi, tuan?" tanyanya.
"Bukan!" jawab sang guru," Mereka adalah orang orang besar yang rata rata lahir sekitar akhir atau setelah abad kedua setelah wafatnya Nabi."
Setelah sang guru menjawab, dalam hatinya ada rasa keheranan. Kerana ia melihat sang penanya yang duduk didepannya mengerut keningnya. Pertanda ada sesuatu yang ia fikirkan atau ada sesuatu yang ia anggap aneh lagi. Tapi apa?
Setelah termangu sebentar, sang penanya meneruskan soalannya.
"Bagaimana caranya mereka menulis tuan. Bukankah jarak mereka dengan Nabi anda sangat jauh."
Sang tokoh tersenyum, kerana ia telah memperkirakan pertanyaan tersebut, dan ia telah mempersiapkan jawapannya. Maka langsung saja ia menjawab tanpa ia sedari bahawa ia akan tyerjepit lagi dengan jawaban nya.
"Mereka itu menulis dari orang orang yang pernah mendengar suatu hadits melalui orang orang lain, hingga sampai kepada Nabi."
"Sampai berapa orang kira kira, sehingga menyambung kepada Nabi?" Soal sipenanya pula.
"Ya.....boleh jadi lima orang atau lebih," jawab sang guru. Masih belum menyadari bahawa ia akan terjepit lagi.
"Apakah mereka boleh dipercaya, tuan?" Sipenanya mulai mempemasaalahkan keabsahan salah satu dasar agama Islam.
"Oh.....sudah tentu dapat dipercaya. Mereka itu dapat dipercaya. Mereka diteliti melalui sejarah. Ya...yang memang terbukti tidak dapat dipercaya atau bukan orang orang yang sholeh, haditsnya akan digugurkan." Jelas sang guru meyakinkan sipenanya.
Tapi ya.....dasar orang kafir, ia tidak terikat dengan ini atau itu mengenai Islam. Maka ia tanyakan apa saja yang ingin ia tanyakan. dan sudah tentu dengan bahasa yang lepas bebas. Maka ia bertanya sambil mendesak sang guru lagi.
"Tuan," katanya," kalau demikian halnya maka agama tuan yang anda fahami dan bawa belum tentu benar."
"Kenapa begitu?" Sang guru keheranan.
Ya.....kenapa ya?"

No comments: